Mata
:
1.
Organ
apakah yang menyebabkan manusia bisa melihat dan membedakan warna?
Jawab :
Organ
yang menyebabkan manusia bisa melihat dan membedakan warna di mulai dari
masuknya cahaya melalui kornea. Yang
kemudian dibiaskan oleh Aquerus Humour
kearah pupil. Pada Pupil, Jumlah
cahaya masuk kedalam mata di control secara otomatis. Dimana untuk jumlah
cahaya yang banyak, bukaan pupil akan mengecil sedangkan untuk jumlah cahaya
yang sedikit bukaan pupil akan membesar.
Pupil
akan meneruskan cahaya kebagian lensa
mata, lensa mata di cahaya fokuskan kebagian rentina melalui vitreus humour. Cahaya ataupun objek
yang telah di fokuskan oleh rentina, merangsang sel saraf batang dan kerucut
untuk bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke syaraf optik. Menuju ke Otak, kemudian otak bekerja memberi
tanggapan sehingga menghasilkan Penglihatan.
Sel Syaraf Batang Bekerja untuk penglihatan Kurang cahaya. Sel Syaraf
Kerucut Bekerja untuk penglihatan Terang.
Misal pada siang hari. (Mendfora. 2003 cit
http://staff.uny.ac.id/)
Penglihatan
Warna.
karakteristik warna, warna memiliki tiga sifat : corak, itensitas dan saturasi.
Teori young-helmholts penglihatan warna pada manusia mempostulasikan tiga
jenis sel kerucut mengandung fotopigmen berlainan dan peka terhadap ketiga
warna primer, setiap warna tertentu ditentukan oleh frekuensi relative implus
system sel kerucut terebut.(W.F. Ganong. 2008)
2.
Uraikan
struktur dan fungsi bola mata?
Jawab :
Anatomi Mata
Gambar 1. Anatomi Mata
Struktur dan
Fungsi :
a.
Kornea : Selaput bening
mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Lapisan jaringan yang menutupi
bola mata sebelah depan dan terdiri 5 Lapis :
1.
Epitel
a)
Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan
sel gepeng.
b)
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel
muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden, ikatan ini
menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
c)
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat
erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
d)
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2.
Membran bown
a)
Terletak di bawah membran basal epitel
kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan
berasal dari bagian depan stroma.
b)
Lapisan ini tidak mempunyai daya
regenerasi
3.
Stroma
Terdiri
atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat
kolagen ini bercabang, terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di
antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4.
Membran
Descement
a)
Merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran
basalnya
b)
Bersifat sangat elastis dan berkembang
terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm. 5.
5.
Endotel
Berasal dari
mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel melekat
pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden (H. Sidarta Ilyas, 2004 cit repository.usu.ac.id/).
Kornea merupakan
bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan.
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50
dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea (H. Sidarta Ilyas,
2004 cit repository.usu.ac.id/).
b.
Aqueous Humour (Cairan Mata)
Aqueous
humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk
dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris,
turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu
saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak
dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena
sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga
anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”).
Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan
mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian
terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak
diatasi (Lauralee Sherwood, 1996 cit repository.usu.ac.id/).
c.
Lensa
Jaringan ini
berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan
bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri
dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (H. Sidarta Ilyas, 2004 cit repository.usu.ac.id/)
Lensa berbentuk
lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan
dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa
dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior,
sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada
badan siliar (H. Sidarta Ilyas, 2004 cit repository.usu.ac.id/).
d.
Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan
vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel
transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung
sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos
Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi (H. Sidarta
Ilyas, 2004).
Vitreous humor penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata yang sferis (Lauralee Sherwood, 1996 cit repository.usu.ac.id/).
e.
Panjang
Bola Mata
Panjang bola mata menentukan
keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda.
Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau
cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola
mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut
sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma
(H. Sidarta Ilyas, 2004 cit repository.usu.ac.id/).
3.
Jelaskan
dengan terinci peran syaraf dan pembuluh darah yang ada di bola mata?
Jawab :
Peran
syaraf dan pembuluh darah pada bola mata. Jeras persyarafan dimulai dari Akson Sel Ganglion. Berjalan ke saraf optikus dan traktus
optikus dan berakhir korps
genikulatum lateralis yang merupakan bagian dari telamus. Serabut hemirentina nasal bersilang di Klasma optikum, bersipas di sel aksonnya
membentuk Traktus genikulokalkarna. Area utama penerima sensasi penglihatan
Korteks Visual Primer (W.F. Ganong. 2008)
4.
Mengapa
manusia bisa melihat jauh dan dekat serta organ apa saja yang terlibat?
Jawab :
Manusia bisa
melihat jauh dan dekat karena proses cahaya yang memasuki mata dimulai dari :
a.
Cahaya
memasuki mata melalui kornea yang
transparan.
b.
Kemudian
menjalar melalu lensa yang
membalikan cahaya tersebut.
c.
Kemudian
membentuk gambaran balik rentina.
Rentina mengubah
cahaya ke dalam implus syaraf,
implus melewati sepanjang syaraf optikus
dan traktus ke otak, di sampaikan ke
korteks oksipitalis dan disana di interpietasikan sebagai gambar.
Jumlah cahaya yang memasuki mata diatur oleh ukuran dari pupil. Iris berfungsi sebagai diafragma,
ukuran pupil di kontrol serat-serat otot sirkuler dan otot radial, otot-otot
dari iris dikontrol serat simpatis dan serat parasimpatis
pupil membesar pada saat terang dan mengecil pada saat gelap
5.
Sebutkan
Proses kemampuan melihat jauh dan dekat?
Jawab :
Proses
kemampuan meliahat jauh dan dekat masuknya cahaya melalui kornea. Yang kemudian dibiaskan oleh Aquerus Humour kearah pupil. Pada Pupil, Jumlah cahaya masuk kedalam mata di control secara otomatis.
Dimana untuk jumlah cahaya yang banyak, bukaan pupil akan mengecil sedangkan
untuk jumlah cahaya yang sedikit bukaan pupil akan membesar.
Pupil
akan meneruskan cahaya kebagian lensa
mata, lensa mata di cahaya fokuskan kebagian rentina melalui vitreus humour. Cahaya ataupun objek
yang telah di fokuskan oleh rentina, merangsang sel saraf batang dan kerucut
untuk bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke syaraf optik. Menuju ke Otak, kemudian otak bekerja memberi
tanggapan sehingga menghasilkan Penglihatan.
Sel Syaraf Batang Bekerja untuk penglihatan Kurang cahaya. Sel Syaraf
Kerucut Bekerja untuk penglihatan Terang.
Misal pada siang hari. (Mendfora. 2003 cit
http://staff.uny.ac.id/)
6.
Jelaskan tentang air mata dan proses pengeluaran air
mata?
Jawab :
Sistem
Larimasi Air Mata air mata melewati empat
proses, Produksi dari apartus atau system sekretori lakrimalis, distribusi oleh
berkedip, evaporasi dari permukaan okuler,
dan drainase melalui aparatus atau system eksretori
lakrimalis.abnormalitas salah satu saja dari keemapt proses ini mata menjadi
kering. Air Mata dan proses pengeluaran Air Mata. Air Mata di
produksi oleh lakrimasi untuk membersihkan dan melumasi mata. Pengeluaran Air Mata Pada manusia
selaput air mata yang membungkus mata, dikenal sebagai selaput prekorneal
(precorneal film) terdiri dari 3 lapisan yang berbeda dari permukaan paling
luar sampai kedalam : Lapisan lemak (lipid
layer), Lapisan Berair (aqueous layer)
dan Lapisan Mukosa (mucous layer).
emp(repository.usu.ac.id)
Hidung
1.
Jelaskan
Peran hidung dalam system Pernafasan dan bagaimana prosesnya?
Jawab :
Berdasarkan
teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka peran hidung
dalam system pernafasan dan sinus paranasal sebagai :
a. fungsi
respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring
udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologik local.
b. fungsi
penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara
untuk menampung stimulus penghidu.
c. fungsi
fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan
mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
d. fungsi
statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma
dan pelindung panas; 5) refleks nasal. (Soetjipto D & Wardani RS,2007 cit repository.usu.ac.id/).
2.
Jelaskan
hubungan antara hidung dan system pertahanan tubuh?
Jawab :
Hidung
dan system pertahanan tubuh. Silia pada sel epitel respiratorius, kelenjar
penghasil mukus atau sel goblet dan palut lendir membentuk satu kesatuan
sebagai sistem mekanisme pertahanan penting dalam sistem respiratori dikenal
sebagai sistem mukosiliar. suatu mekanisme mukosa hidung untuk membersihkan
dirinya dengan cara mengangkut partikel-partikel asing yang terperangkap pada
palut lender ke arah nasofaring. (repository.usu.ac.id)
3.
Uraikan
dengan detail struktur dan fungsi rongga hidung?
Jawab :
Hidung suatu bentukan piramida berongga yang mempunyai rangka tulang dan tulang rawan.
Fungsi Hidung :
a.
Membentuk
raut wajah.
b.
Pintu
gerbang pernafasan.
c.
Ikut
menentukan kulitas udara pernafasan.
d.
Ikut
menentukan kulitas suara.
ANATOMI HIDUNG LUAR
Hidung terdiri
atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada
garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; struktur hidung luar dibedakan
atas tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan;
di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; dan yang
paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar
seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung
(bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung (hip),4) ala nasi,
5) kolumela, dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh
kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang
hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung (os nasal) , 2)
prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal ; sedangkan
kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak
di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum. (Soetjipto D &
Wardani RS,2007)
Gambar
2. anatomi fisiologi hidung luar
Gambar
3.Anatomi Fisiologi Hidung Luar
ANATOMI HIDUNG DALAM
Bahagian
hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah
anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka
superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan
dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan
inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus
superior.
Gambar
4. Anatomi Hidung dalam
Septum nasi
Septum
membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior dibentuk
oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum
(kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian posterior dan
inferior oleh os vomer, krista maksila , Krista palatine serta krista sfenoid.
(Ballenger JJ,1994 Cit Dhingra PL,
2007)
Kavum
nasi
Kavum
nasi terdiri dari:
Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus
horizontal os palatum. . (Ballenger JJ,1994)
Atap hidung
Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan
inferior, os nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus
os sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang
dilalui oleh filament-filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan
kranial konka superior. . (Ballenger JJ,1994)
Dinding Lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis
os maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian
dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina
pterigoideus medial. . (Ballenger JJ,1994)
Konka
Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka ;
celah antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior ; celah
antara konka media dan inferior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka
media disebut meatus superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat (konka
suprema) yang teratas. Konka suprema, konka superior, dan konka media berasal
dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior merupakan tulang
tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum. (Ballenger
JJ,1994)
Meatus superior
Meatus
superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara septum dan
massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel etmoid posterior
bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa
Meatus media
Merupakan
salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih luas dibandingkan
dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan
bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka media yang
letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan
sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang
berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang
dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum
membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus
unsinatus. Di atas infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang
dibentuk oleh salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan
sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan
sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus
maksila bermuara di posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid
dan kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan
infundibulum. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007)
Nares
Nares
posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan nasofaring,
berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. Tiap nares
posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian
dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan bagian
luar oleh lamina pterigoideus. (Ballenger JJ,1994)
Di
bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas
sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus
paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular
dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah
apeks prosesus zygomatikus os maksilla. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007 ;
Hilger PA,1997)
Sinus
paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi udara yang
berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris dan bagian
lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari orbita
dan zygomatikus. Sinus-sinus tersebut terbentuk oleh pseudostratified
columnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel
dari rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan
sel-sel goblet (Sobol SE, 2007).
Kompleks ostiomeatal (KOM)
Kompleks
ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa celah
pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus paranasal gambaran KOM
terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea.
Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus,
infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus
frontal. (Nizar NW, 2000 ; Soetjipto D & Wardani RS,2007).
Serambi
depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena sekret yang keluar
dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit infundibulum
sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal sekret akan keluar
melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai serambi depan sinus
frontal. Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung menuju ke
infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka
media (Nizar NW, 2000).
Gambar 5. Kompleks Ostio Meatal
Perdarahan hidung
Bagian
atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis interna.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris
interna, di antaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang
keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga
hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat
pendarahan dari cabang – cabang a.fasialis. (Soetjipto D & Wardani RS,2007)
Pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
a.sfenopalatina,a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor
yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya
superfisial dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber
epistaksis(pendarahan hidung) terutama pada anak. (Soetjipto D & Wardani
RS,2007)
Vena-vena
hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya .
Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang
berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup,
sehingga merupakanfaktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi hingga
ke intracranial. (Soetjipto D & Wardani RS,2007)
Persarafan hidung
Bagian
depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis
anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari
n.oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persarafan
sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion
sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan persarafan
vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima
serabut-serabut sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari
n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus
profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas
ujung posterior konka media. (Soetjipto D & Wardani RS,2007)
Nervus
olfaktorius. Saraf ini turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. (Dhingra PL, 2007 ; Soetjipto D
& Wardani RS,2007
Telinga
1.
Jelaskan
alasan manusia mampu mendengarkan bunyi-bunyian baik dengan densibel tinggi
atau densibel rendah dan organ apakah yang terlibat didalamnya ?
Jawab :
Proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada
skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane
basilaris dan membrane tektoria (Guyton, 2007). Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. (Iskandar
Nurbaiti,dkk.2007).
Gambar
6. Anatomi Telinga
2.
Apakah
hubungan manusia dengan keseimbangan tubuh?
Jawab :
Manusia
dengan keseimbangan tubuh. keseimbanga mampu mempertahankan baik statis mapun
dinamisketika ditempatkan pada berbagai posisi, banyak komponen dari tubuh
manusia memungkinkan untuk melakukanreaksi keseimbangan. Kemampusn untuk
merasakan posisi bagian sendi atau tubuh yang bergerak. Keseimbangan tubuh di
pengaruhi oleh system indra yang terdapatdi tbuh manusia bekerja secara
bersamaan. Jika salah satu system
mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan tubuh. System indra
yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti Visual, vestibuler dan somatosensoris. (repository.usu.ac.id)
Mulut
1.
Jelaskan
secara detail komponen dalam mulut dan tenggorokan?
Jawab :
Mulut merupakan
sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah bagian oral (dua pertiga bagian
anterior dari lidah), palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum
retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang
mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang membatasi rongga mulut (Yousem et
al., 1998 cit repository.usu.ac.id).
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal,
dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah.
Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut.
Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada
bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel
pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang
menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan membran
mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir (Tortora
et al., 2009 cit repository.usu.ac.id).
Gambar 7. Anatomi Rongga Mulut
Tenggorokan
Pada Dinding Belakang Di jumpai jaringan
limfopid disebut granule
“lateral
band”. Dibagian lateral merupakan bagian dari lingkaran waldeyer
yang
terdiri dari adenoid, tonsila palatine, lateral band dan tonsila lingual.
Faring
tebagi menjadi 3 bagian : epifaring (nasofaring), mesofaring
(orofaring)
dan hipofaring (faringofaring). (Rukmini, Sri. 2000).
2.
Uraikan
peran mulut dalam metabolism dan dalam pertahanan tubuh?
Jawab :
Mikroorganisme
yang secara konstan ada di permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhannya di
daerah tertentu bergantung pada faktor-faktor fisiologi, yaitu temperatur,
kelembaban, dan adanya zat gizi serta zat inhibitor tertentu. Keberadaan flora
normal tersebut tidak penting bagi kehidupan, karena hewan “bebas
mikroorganisme” dapat hidup pada keadaan tidak adanya flora mikroba normal
(Brooks et al., 2008 cit
Nasution, 2010).
Flora
residen di daerah tertentu memainkan peranan yang nyata dalam mempertahankan
kesehatan dan fungsi normal. Anggota flora residen dalam saluran cerna
menyintesis vitamin K dan membantu absorpsi makanan. Pada memnran mukosa dan
kulit, flora residen mencegah kolonisasi patogen dan kemungkinan terjadinya
penyakit melalui “interferensi bakteri”. Mekanisme gangguan interfernsi
tersebut tidak jelas. Mekanisme tersebut dapat meliputi kompetisi terhadap
reseptor atau tempat pengikatan (binding sites) pada sel pejamu,
kompetisi mendapatkan makanan, saling menghambat oleh hasil metabolik atau
toksik, saling menghambat oleh bahan antibiotik atau bakteriosin, atau dengan
mekanisme lain. Supresi flora normal secara jelas menyebabkan kekosongan lokal
parsial yang cenderung diisi oleh organisme dari lingkungan atau dari bagian
tubuh yang lain. Organisme tersebut bersifat oportunistik dan dapat menjadi
patogen (Brooks dkk, 2008; Nasution, 2010). Sebaliknya, anggota flora
normal sendiri dapat menyebabkan penyakit dalam keadaan tertentu.
Organisme-organisme tersebut beradaptasi dengan cara hidup yang noninvasif yang
disebabkan oleh keterbatasan keadaan lingkungan. Jika dipindahkan secara paksa
akibat pembatasan lingkungan tersebut dan dimasukkan ke dalam aliran darah atau
jaringan, organisme tersebut dapat menjadi patogenik. Hal tersebut tampak pada
individu yang berada dalam status imunokompromi dan sangat lemah karena suatu
penyakit kronik, dimana flora normal akan menyebabkan suatu penyakit pada
tempat anatomisnya (Levinson, 2008).
Hal
yang penting adalah bahwa mikroba yang tergolong flora residen normal tidak
membahayakan dan dapat menguntungkan di lokasi normalnya pada penjamu serta
pada keadaan tanpa kelainan yang menyertai. Organisme tersebut dapat
menyebabkan penyakit jika dimasukkan dalam jumlah besar dan jika terdapat
faktor predisposisi. Berikut adalah tabel mengenai jenis flora normal. (repository.usu.ac.id)
Tabel 1. Tabel Distribusi Flora Normal Pada Manusia
3.
Uraikan
peran mulut terhadap terhadap proses terjadinya berbagai penyakit?
Jawab :
Ada
beberapa penyakit dalam rongga mulut yang disebabkan oleh flora normal,
diantaranya adalah karies gigi dan penyakit periodontal (Nester et al.,
2008 cit Nasution, 2010).
Karies
Gigi dan Penyakit Periodontal Penyakit utama yang disebabkan oleh
flora normal yang di rongga mulut adalah karies gigi dan penyakit periodontal.
Kedua penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling
penting di dunia. Karies gigi masih merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut
yang serius di negara berkembang, dimana penyakit ini diderita 60-90% anak usia
sekolah dan hampir keseluruhan dari orang dewasa (Petersen et al., 2005;
Nester et al., 2008). Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
sendiri juga masih memerlukan perhatian khusus. Menurut SKRT (Survei Kesehatan
Rumah Tangga) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2003 menyebutkan bahwa 81 persen anak usia 5 tahun mengalami karies, dan
51 persen anak diatas 10 tahun mengalami karies yang belum mendapatkan
perawatan. Data SKRT tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi kareis gigi pada
masyarakat Indonesia adalah 90 persen. Ini merupakan indikator bagi masyarakat
Indonesia bahwa kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat kurang terhadap
kesehatan gigi dan mulut (Herwanda dan Bahar, 2009). Menurut The National
Preventive Dentistry Program, 20% dari 60% penderita karies yang merupakan
anak-anak, merupakan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah.
Sedangkan penyakit periodontal merupakan masalah yang tersebar luas pada
masyarakat terutama orang dewasa (Burt, 2005 cit Peng et al., 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Daniel
S. Wibowo. 2008. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Grasindo
Rukmini,
Sri. 2000. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Jakarta. EGC
W.F.
Ganong. 2008 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Opthalmologi.pdf.
di akses jam 23.00, tanggal 05/03/2015
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25985/4/Chapter%20II.pdf. di akses jam 23.00, tanggal
05/03/2015
http://eprints.undip.ac.id/44623/3/BAB_2.pdf
di akses jam 23.00, tanggal 05/03/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar