LAPORAN PENDAHULUAN LOW BACK PAIN

LAPORAN PENDAHULUAN
LOW BACK PAIN

  1. DEFINISI
Low Back Pain (LBP) atau  Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi.
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang

  1. ETIOLOGI
Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, rematik. Hal lain yang juga bisa menjadi penyebab antara lain: Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder trauma primer seperti : trauma secara spontan, contohnya kecelakaan, trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoarthritis. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot, prosedur degenerasi pada pasien lansia, penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi, kegemukan, mengangkat beban dengan cara yang salah, keseleo, terlalu lama pada getaran, gaya berjalan, merokok. duduk terlalu lama, kurang latihan (oleh raga), depresi /stress, olahraga (golf, tennis, sepak bola).

  1. PATOFISIOLOGI DAN PATWAY
  1. Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
nyeri yang ada pada low  Back Pain ada 2 macam yaitu :
      1. Nyeri Nosiseptif
      2. Nyeri Neuropatik
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
    1. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena  Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya. Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan :
  1. Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor dari nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya karena pergerakan.
  2. Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah lesi).  Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan juga pembentukan reseptor adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu memperberat nyeri. Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron  kornu dorsalis dan peningkatan cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.






PATHWAY
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)
  1. MANIFESTASI KLINIS
    1. Perubahan dalam gaya berjalan
      1. Berjalan terasa kaku.
      2. Tidak bias memutar punggung.
      3. Pincang.
    2. Persyarapan
      1. Ketika di tes dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
      2. Tidak terkontrol Bab dan Bak.
    3. Nyeri.
      1. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
      2. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
      3. Nyeri otot dalam.
      4. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
      5. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
      6. Nyeri pada pertengahan bokong.
      7. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.



  1. KOMPLIKASI
    1. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
    2. Osteoporosis.
    3. Depresi.
    4. Stress.

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
    1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
    2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
    3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
    4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
    5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
    6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
    7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).




  1. PENATALAKSANAAN
    1. Medis
      1. Formakoterapi.
        1. akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
        2. kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
      2. Invasif non bedah
        1. Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
        2. Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable)
  1. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
  1. terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
  2. Defisit neurologik memburuk.
  3. Sindroma kauda.
  4. Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
  5. Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik.
    1. Keperawatan
      1. Informasi dan edukasi.
      2. Tirah baring.
      3. Pengurangan stress dan relaksasi.
      4. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa,sehingga flesi lumbal lebih besar,yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat ditinggikan 30 dan pasien sedikit menekuk lututnya. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis.
      5. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konserpatif aktif” dan fisiotherafi pelvic intermiten beban traksi 7 – 13 Kg. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
      6. Fisiotherapi perlu diberikan untuik mengurangi nyeri, spasme otot, terapi bisa meliputi terapi pendinginan, pemanasan sinar infra merah, kompres lembab panas, gelombang ultra, diatermi, traksi. Gelombang ultra akan menimbulkan panas ini berkontra indikasi pada pasien penderita kanker atau penderita kelainan perdarahan.


  1. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1.
Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskulo skeletal dan system syaraf vaskuler

Batasan karakteristik :
         Verbal
Menarik nafas pan-jang, merintih
Mengeluh nyeri
         Motorik
-          Menyeringaikan wajah.
-          Langkah yang ter-seok-seok
-          Postur yang kaku / tidak stabil
-          Gerakan yang amat lambat atau terpaksa
         Respon autonom
-          Perubahan vital sign
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam nyeri berkurang / hilang dengan kriteria :

Tingkat nyeri
-          Melaporkan nyeri ber-kurang / hilang
-          Frekuensi nyeri berku-rang / hilang
-          Lama nyeri berkurang
-          Ekspresi oral berkurang / hilang
-          Ketegangan otot berku-rang / hilang
-          Dapat istirahat
-          Skala nyeri berkurang / menurun

Kontrol Nyeri
-          Mengenal faktor-faktor penyebab
-          Mengenal onset nyeri
-          Jarang / tidak pernah melakukan tindakan pertolongan dengan non  analgetik
-          Jarang / tidak pernah menggunakan analgetik
-          Jarang / tidak pernah melaporkan  nyeri kepa-da tim kesehatan.
-          Nyeri terkontrol
-           
Tingkat kenyamanan
-          Klien melaporkan kebu-tuhan istirahat tidur tercukupi
-          Melaporkan kondisi fisik baik
-          Melaporkan kondisi psikis baik


                                
-           
-           



Manajemen nyeri
1.   1. Lakukan pengkajian nyeri  secara kom-prehensif (lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
2.   2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3.   3. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.
4.   4. Kaji kultur / budaya yang  mempengaruhi respon nyeri.
5.   5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
6.   6.  Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri masa lampau.
7.   7.  Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
8.   8. Kontrol  lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
9.   9.  Kurangi faktor presipitasi nyeri.
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non farmakologi dan inter-personal)
11.10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan intervensi.
12.11. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
13.12.  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
14.13.  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16.14.  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
17.15. Monitor penerimaan klien tentang mana-jemen nyeri.

Andministrasi  Analgetik
1.  1, Tentukan lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri sebagai pemberian obat.
2.  2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan fekkuensi.
3.  3. Cek riwayat alergi
4.    Pilih analgenik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu.
5.  4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
6.  5. Tentukan analgetik pilihan rute pemberian dan dosis optimal.
7.    Pilih rute pemberian secara iv-im untuk pengobatan nyeri secara teratur
8.  6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9.  7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
10 8. Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala (efek sampingan)
2
Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau kon-traktur

Batasan karakteristik :
-          Postur tubuh kaku tidak stabil.
-          Jalan terseok-seok
-          Gerak lambat
-          Membatasi perubahan ge-rak yang mendadak atau cepat
-          Sakit berbalik



 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam klien mampu mencapai mobilitas fisik dengan kri-teria :

Mobility Level:
-      Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan nyeri.
-      Penampilan seimbang
-      Menggerakkan otot dan sendi
-      Mampu pindah tempat tanpa bantuan
-      Berjalan tanpa bantuan
1.  1.  Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 :
  0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
  1 : Klien butuh sedikit bantuan
  2 : Klien butuh bantuan sederhana
  3 : Klien butuh bantuan banyak
  4 : Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
2.  2. Atur posisi klien
3.    Bantu klien melakukan perubahan gerak.
4.   3. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik, keseimbangan
5.   4. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan.
6.   5. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
7.   6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk pemasangan korset)
8.   7. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman dengan memberikan penyangga pada, lekukan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.
3.





































Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman

Batasan karakteristik :
-          Pasien menahan sa-kit (merintih, me-nyeringai)
-          Pasien mengungkapkan tidak bisa tidur karena nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya dengan criteria :

Tidur
-        Jumlah jam tidur cukup
-        Pola tidur normal
-        Kualitas tidur cukup
-        Tidur secara teratur
-        Tidak sering terbangun
-        Tanda  vital dalam batas normal

Rest
-          Istirahat Cukup
-          Kualitas istirahat baik
-          Istirahat fisik cukup
-          Istirahat psikis cukup

Anxiety control
-          Tidur   adekuat
-          Tidak ada manifestasi fisik
-          Tidak ada manifestasi perilaku
-          Mencari informasi untuk mengurangi cemas
-          Menggunakan teknik re-laksasi untuk mengu-rangi cemas
-          Berinteraksi sosial
Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
1.   1. Kaji  pola tidur / pola aktivitas
2.   2. Anjurkan klien tidur secara teratur
3.   3.  Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup  selama sakit dan terapi.
4.   4.  Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang mengganggu tidur
5.   5. Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur
Manajemen lingkungan
1     1, Batasi pengunjung
2     2, Jaga lingkungan dari bising
3     3. Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur

Anxiety Reduction
1    1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami selama menjalani prosedur
2     2. Berikan objek yang dapat. memberikan rasa aman
3    3.  Berbicara dengan pelan dan tenang
4    4.  Membina hubungan saling percaya
5    5.  Dengarkan  klien  dengan penuh perhatian
6     6. Ciptakan suasana saling percaya
7     7. Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
8    8.  Berikan peralatan / aktivitas yang  meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9     Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10  Berikan lingkungan yang tenang
11  Batasi pengunjung
4.
Defisit self care b.d nyeri
Seteleh dilakukan tindakan keperawatan pada pasien selama   3 x 24 jam diharapkan kebutuhan perawatan diri pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1.  klien terbebas dari bau badan
2.  Menyatakan kenyamanan terhadap pemenuhan kebutuhan perawatan diri
Self care assistance ;
  1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
  2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
  3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk memenuhi perawatan dirinya
  4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang mandiri sesuai kemampuan













DAFTAR PUSTAKA

Judith M Wikilson, Alih bahasa  Ns, Esty Wahyuningsih, SKP Buku Saku Diagnosa Keperawatan Nic-Noc Edisi 9. EGC, Jakarta, 2012
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2009
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2009
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Jam 14.00. http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Jam 14.00.  http://sedetik.multiply.com/journal
                                      
Download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar