LAPORAN
PENDAHULUAN
DIARE AKUT
A.
DEFINISI
Diare adalah
defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan atau lendir dalam
tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi
secara mendadak dan berlangsung < 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Diare melanjut / berkepanjangan adalah episode diare akut yang melanjut
hingga berlangsung selama 7-14 hari, Diare persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut
namun berlangsung selama 14 hari atau lebih,
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja.
(Arif Mansjoer dkk, 2000).
Menurut
WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, 2001)
B.
ETIOLOGI
a. Infeksi
virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella,
Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing : Askaris, Trikurus; Jamur : Kandida) melalui fecal oral :
makanan, minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
b.
Malabsorbsi
: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c.
Makanan
: alergi makanan, basi atau keracunan makanan
d.
Imunodefisiensi
/ imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
e. Faktor
lingkungan dan perilaku
f. Psikologi : rasa takut dan cemas (Arif Mansjoer dkk, 2000)
C.
PATOFISIOLOGI
DAN PATWAY
Fungsi
utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan hidup sel,
pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang
tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang
majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa:
a.
Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
b.
Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan
makanan secara mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
c.
Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan
dari mulut ke gaster
d.
Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara
mekanik, percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
e.
Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul
makanan melalui selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
f.
Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa
gelombang kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
g.
Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang
berupa tinja.
h.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi
efektif akan menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung
air sebanyak 60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara
pasif gerakan bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama
elektrolit dan zat zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan
yang berada dalam saluran gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk
secara per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas serta
sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya usus
besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-100
gr sebagai tinja.
i.
Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
a) Menggerakan secara teratur bolus
makanan dari lambung ke sekum
b) Mencampur khim dengan enzim pankreas
dan empedu
c) Mencegah bakteri untuk berkembang
biak.
j.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat
hubungannya satu dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal
akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan
gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam usus.
Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput lendir usus,
sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain akan mengalami gangguan.
k. Berdasarkan gangguan fungsi
fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari diare, maka patofisiologi
diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang berupa :
a) Kelainan gerakan transmukosal air
dan elektrolit (karena toksin)
b) Gangguan reabsorpsi pada sebagian
kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi.
Faktor lain yang juga cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam
garam empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung
empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. Ini
terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan
mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam
pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon saluran cerna diduga
juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara lain
adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH
cairan usus juga. dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma
Zollinger Ellison atau pada Jejunitis.
c) Kelainan cepat laju bolus makanan
didalam lumen usus (invasive diarrhea)
d) Suatu proses absorpsi dapat
berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan tercampur baik dengan
enzim-enzim saluran cerna dan. berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga.
waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halus
diperlukan untuk absorpsi yang normal. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya
berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat
hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat.
Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan local
mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme
berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang
kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi,
yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan
hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan
efek langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi
karena pengaruh enterotoksin staphilococcus maupun kholera atau karena
ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain
uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara aktivitas otot polos
usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme
yang sangat kompleks.
e) Kelainan tekanan osmotik dalam lumen
usus (virus).
f) Dalam beberapa keadaan tertentu
setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya
akan menimbulkan diare. Adanya malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat
putih telur akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal,
sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang
pada umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim
laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna
mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian
bakteri-bakteri dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida dan
fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai atom karbon
yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-molekul inilah
yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare.
Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas sebagai
defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan trehalase)
dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat
terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa
usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya tekanan
osmotik dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air.
B.
MANIFESTASI
KLINIS
a.
Sering buang air besar
dengan konsistensi tinja cair atau encer
b.
Kram perut
c.
Demam
d.
Mual
e.
Muntah
f.
Kembung
g.
Anoreksia
h.
Lemah
i.
Pucat
j.
Urin output menurun
(oliguria, anuria)
k.
Turgor kulit menurun
sampai jelek
l.
Ubun-ubun / fontanela
cekung
m.
Kelopak mata cekung
n.
Membran mukosa kering
(Suriadi,
2001)
Cara Menentukan Derajat Dehidrasi
Yang
dinilai
|
A
(Tanpa
dehidrasi)
|
B
(Dehidrasi
Tak Berat)
|
C
(Dehidrasi
Berat)
|
a. Riwayat
a) Diare
b) Muntah
c) Rasa
haus
d) Air kemih
|
<
4 x/hari cair
sedikit
/ tidak
minum
biasa tidak haus
normal
|
4-10 x/hari cair
beberapa kali
haus sekali, rakus ingin
minum banyak
sedikit gelap
|
> 10 x/hari cair
sangat sering
tidak dapat minum
tidak
ada dalam 6 jam
|
b. Periksa
a) Keadaan
Umum
b) Air
mata
c) Mata
d) Mulut/lidah
e) Nafas
|
sehat, aktif
ada
normal
basah
normal
|
tampak sakit,
mengan-tuk,lesu, rewel, gelisah
tidak ada
cekung *
kering **
agak cepat
|
sangat mengantuk, le-mah,
letargi, tidak sa-dar / koma
tidak
ada
kering,
sangat cekung
sangat
kering
cepat
dan dalam
|
c. Raba
a)Kulit
(dicubit)
b) Denyut
nadi
c)Ubun-ubun
|
kembali
cepat
normal
normal
|
kembali
lambat***
agak
cepat
cekung
|
kembali
sangat lambat
sangat cepat, lemah ti-dak teraba
sangat
cekung
|
d.
Kehilangan
a)
Berat Badan
b)
Cairan
|
<
40 g/KgBB
<
5% BB
|
40-100g/KgBB
5-10
% BB
|
>100
g/KgBB
>
10 % BB
|
Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak
cekung : perlu dikonfirmasikan dengan orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba
dengan jari bersih dan kering, mulut selalu ke-ring pada anak yang biasa
bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum
***
Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau
anak ge-muk. (sangat lambat jika kembali > 2 detik)
A = Tidak / tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah *
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004)
C.
KOMPLIKASI
a.
Kehilangan
air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
b. Syok
c. Kejang
d. Sepsis
e. Gagal
Ginjal Akut
f. Ileus
Paralitik
g. Malnutrisi
h. Gangguan
tumbuh kembang
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004)
D.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat
dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :
a. Lekosit Feses merupakan pemeriksaan
awal terhadap diare kronik. Lekosit dalam feses menunjukkan adanya inflamasi
intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk
menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd,
penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora
dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin
C difficle harus diperiksa.
b. Volume Feses: Jika cairan diare
tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit
kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk
mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian
perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi
lemak.
c. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal
fat pada feses 24 jam: Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya
diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat
lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
d. Lemak Feses : Sekresi lemak feses
harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif
dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari
sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet
rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya
dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan
malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
e. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan
dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit
feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah
–290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi
elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic
yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan
butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap
karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri
fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan
beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare
dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare
sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
f. Pemeriksaan parasit atau telur pada
feses : Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin.
Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.
g. Pemeriksaan darah : Pada diare
inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia.
Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing enteropathy
akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan
karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,Vit B12, asam folat dan
vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk
defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari
obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin
turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah
mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi
limfatik.
E.
PENATALAKSANAAN
a. Medis
a) Rencana
Pengobatan A, digunakan untuk :
1. Mengatasi
diare tanpa dehidrasi
2. Meneruskan
terapi diare di rumah
3. Memberikan
terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar
rencana Pengobatan A :
1. Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk
mencegah dehidrasi (oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan
cairan ini sebanyak anak mau dan terus
diberikan hingga diare berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok
umur
Umur
|
Ddiberikan setiap bab
|
Yang disediakan
|
<
12 bulan
|
50-100
ml
|
400
ml / hari (2 bungkus)
|
1-4
tahun
|
100-200
ml
|
600-800
ml / hari (3-4 bungkus)
|
>
5 tahun
|
200-300
ml
|
800-1000
ml / hari (4-5 bungkus)
|
Dewasa
|
300-400
ml
|
1.200-2.800
ml / hari
|
Cara memberikan oralit :
1) Berikan
sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
2) Berikan
beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
3)
Bila
anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit (sesendok
teh tiap 1-2 menit)
4)
Bila
diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan
cairan lain atau kembali ke petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.
2.
Beri
anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
1)
Teruskan pemberian ASI
Untuk anak < 6 bln
dan belum mendapatkan makanan padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan
air yang sebanding selama 2 hari.
2) Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan
padat :
a. Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin
dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging, tam-bahkan 1 atau 2 sendok teh
minyak sayur tiap porsi.
b. Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah
kalium
c. Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari
d. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan
berikan makanan tambahan setiap hari
selama 2 minggu.
e. Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik selama 3
hari atau anak mengalami : bab sering kali, muntah berulang, sangat haus
sekali, makan minum sedikit, demam, tinja berdarah
b) Rencana
Pengobatan B
Dehidrasi
tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam
pertama atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan
dilapangan, berikan oralit sesuai tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama
:
Umur
|
< 1 tahun
|
1-5 tahun
|
> 5tahun
|
Dewasa
|
Jumlah
oralit
|
300
ml
|
600
ml
|
1.200
ml
|
2.400
|
Setelah
3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan
pengobatan :
1. Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
2. Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi
rencana B tetapi tawarkan makanan, susu
dan sari bu-ah seperti rencana A
3. Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
c) Rencana
Pengobatan C
1. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena
segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam normal (larutan
yang hanya mengandung glukosa tidak boleh diberikan).
Umur
|
30
ml/kg BB
|
70
ml/kg BB
|
<
12 bulan
|
1
jam pertama
|
5
jam kemudian
|
>
1 tahun
|
½
jam pertama
|
21/2
jam kemudian
|
Rehidrasi
parenteral :
1) RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
2)
D1/4S atau KN1B untuk
maintenan (umur < 3 bulan)
3)
D1/2S atau KN3A untuk
maintenan (umur > 3 bulan)
2.
Ulangi
bila nadi masih lemah atau tidak teraba
3.
Nilai
kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan infuse
4.
Juga
berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya setelah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
5.
Setelah 3-6 jam (bayi)
atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan pengobatan.
6.
Obat-obat anti diare
meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorben
(norit, kaolin, smekta).
7.
Obat anti muntah :
prometazin , domperidon, klorpromazin
8.
Antibiotik hanya
diberikan untuk disentri dan tersangka kolera : Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
9.
Hiponatremia (Na >
155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari
10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak
10. Hiponatremia
(Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
11. Hiperkalemia
(K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas perlahan-lahan 5-10 menit
sambil memantau detak jantung
12. Hipokalemia
(K , 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
b. Keperawatan
a) Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang
b) Memonitor
tanda dehidrasi, syok
c) Memenuhi
kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan
sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat,
buah-buahan diberikan terutama pisang.
d) Mengontrol
dan mengatasi demam
e) Perawatan
perineal
f) Penyuluhan
kesehatan :
1.
Upayakan ASI tetap
diberikan
2. Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan
3. Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban
4.
Imunisasi campak
5.
Memberikan makanan penyapihan yang benar
6.
Penyediaan air minum
yang bersih
7.
Selalu memasak makanan
8.
Selalu merebus dot /
botol susu sebelum digunakan
9.
Tidak jajan di
sembarang tempat
F.
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEP
|
NOC
/ TUJUAN
|
NIC
/ INTERVENSI
|
1.
|
Diare b.d faktor psiko-logis (stress, cemas), faktor
situasional (kera-cunan, kontaminasi, pem-berian makanan melalui selang,
penyalahgunaan laksatif, efek samping obat, travelling, malab-sorbsi, proses
infeksi, parasit, iritasi)
Batasan karakteristik :
-
Bab > 3 x/hari
-
Konsistensi encer / cair
-
Suara usus hiperaktif
-
Nyeri perut
-
Kram
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24 jam
pasien tidak me-ngalami diare / diare berkurang, dengan criteria :
Bowel Elemination
-
Frekuensi bab normal < 3 kali / hari
-
Konsistensi feses normal (lunak dan berbentuk)
-
Gerakan usus tidak me-ningkat (terjadi tiap 10 -30 detik)
-
Warna feses normal
-
Tidak ada lendir, darah
-
Tidak ada nyeri
-
Tidak ada diare
-
Tidak ada kram
-
Gambaran peristaltic tidak tampak
-
Bau fese normal (tidak amis, bau busuk)
|
Manajemen Diare
1. Identifikasi faktor yang mungkin me-nyebabkan diare
(bakteri, obat, makanan, selang makanan, dll )
2. Evaluasi efek samping obat
3. Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat (smekta
diberikan 1-2 jam setelah minum obat yang lain)
4. Anjurkan pasien / keluarga untuk men-catat warna, volume,
frekuensi, bau, konsistensi feses.
5. Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah secara
bertahap)
6. Anjurkan klien menghindari makanan yang berbumbu dan
menghasilkan gas.
7. Sarankan klien untuk menghindari ma-kanan yang banyak
mengandung laktosa.
8. Monitor tanda dan gejala diare
9. Anjurkan klien untuk menghubungi pe-tugas setiap episode
diare
10. Observasi
turgor kulit secara teratur
11. Monitor
area kulit di daerah perianal dari iritasi dan ulserasi
12. Ukur
diare / keluaran isi usus
13. Timbang
Berat Badan secara teratur
14. Konsultasikan
dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
15. Kolaborasi
dokter jika ada peningkatan suara usus
16. Kolaborasi
dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
17. Anjurkan
diet rendah serat
18. Anjurkan
untuk menghindari laksatif
19. Ajari
klien / keluarga bagaimana meme-lihara catatan makanan
20. Ajari
klien teknik mengurangi stress
21. Monitor
keamanan preparat makanan
Manajemen Nutrisi
1. Hindari makanan yang membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak bisa di-toleransi oleh
klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan
kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan kien dan ba-gaimana cara makannya
Bowel Incontinence Care
1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan dilakukan tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan dengan klien
/ keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk mencatat keluaran
feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air dan keringkan
setiap setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering
Perawatan Perineal
1. Bersihkan secara teratur dengan teknik aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu kering
3. Pertahankan klien pada posisi yang nyaman
4. Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan tepat
|
2.
|
Hipertermi b.d dehidrasi, peningkatan metabolik, inflamasi
usus
Batasan karakteristik :
-
Suhu tubuh > normal
-
Kejang
-
Takikardi
-
Respirasi meningkat
-
Diraba hangat
-
Kulit memerah
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24 jam
suhu badan klien normal, dengan criteria :
Termoregulasi
-
Suhu kulit normal
-
Suhu badan 35,9˚C- 37,3˚C
-
Tidak ada sakit kepala
-
Tidak ada nyeri otot
-
Tidak ada perubahan war-na kulit
-
Nadi, respirasi dalam ba-tas normal
-
Hidrasi adekuat
-
Pasien menyatakan nya-man
-
Tidak menggigil
-
Tidak iritabel / gragapan / kejang
|
Pengaturan Panas
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas
yang tinggi
7. Berikan obat antipiretik
8. Berikan obat untuk mencegah atau mengontrol
menggigil
Pengobatan Panas
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit
8. Monitor intake dan output
9. Monitor adanya aritmia jantung
10. Dorong
peningkatan intake cairan
11. Berikan
cairan intravena
12. Tingkatkan
sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong
atau lakukan oral hygiene
14. Berikan
obat antipiretik untuk mencegah pasien menggigil / kejang
15. Berikan
obat antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16. Berikan
oksigen
17. Kompres
dingin diselangkangan, dahi dan aksila bila suhu badan 39˚C atau lebih
18. Kompres
hangat diselangkangan, dahi dan aksila bila suhu badan < 39˚C
19. Anjurkan
klien untuk tidak memakai selimut
20. Anjurkan
klien memakai baju berbahan dingin, tipis dan menyerap keringat
Manajemen Lingkungan
1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang bersih
dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi
1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
perawatan
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infus dengan teknik
aseptik
8. Anjurkan koien minum antibiotik sesuai advis
dokter
|
3.
|
Kekurangan volume ca-iran b.d intake kurang,
kehilangan volume cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan
Batasan karakteristik :
-
Kelemahan
-
Haus
-
Penurunan turgor kulit
-
Membran mucus / kulit kering
-
Nadi meningkat, te-kanan darah menu-run, tekanan nadi menurun
-
Penurunan pengisian kapiler
-
Perubahan status mental
-
Penurunan urin out-put
-
Peningkatan konsen-trasi urin
-
Peningkatan suhu tubuh
-
Hematokrit mening-kat
-
Kehilangan berat ba-dan mendadak.
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24
jam kebutuhan cairan dan elektrolit adekuat, dengan kriteria :
Hidrasi
-
Hidrasi kulit adekuat
-
Tekanan darah dalam ba-tas normal
-
Nadi teraba
-
Membran mukosa lembab
-
Turgor kulit normal
-
Berat badan stabil dan dalam batas normal
-
Kelopak mata tidak ce-kung
-
Fontanela tidak cekung
-
Urin output normal
-
Tidak demam
-
Tidak ada rasa haus yang sangat
-
Tidak ada napas pendek / kusmaul
Balance Cairan
-
Tekanan darah normal
-
Nadi perifer teraba
-
Tidak terjadi ortostatik
hypotension
-
Intake-output seimbang dalam
24 jam
-
Serum, elektrolit dalam
batas normal.
-
Hmt dalam batas normal
-
Tidak ada suara napas
tambahan
-
BB stabil
-
Tidak ada asites, edema perifer
-
Tidak ada distensi vena
leher
-
Mata tidak cekung
-
Tidak bingung
-
Rasa haus tidak berlebih-an
-
Membrane mukosa lem-bab
-
Hidrasi kulit adekuat
|
Monitor
Cairan
1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake cairan dan
kebiasaan eleminasi
2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan
cairan (hipertermi, diu-retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare,
diaporesis, terpapar panas, infeksi)
3. Menimbang BB secara teratur
4. Monitor vital sign
5. Monitor intake dan output
6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila
diperlukan
7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa
haus
9. Monitor warna dan jumlah urin
10. Monitor
distensi vena leher, krakles, odem perifer dan peningkatan berat badan.
11. Monitor
akses intravena
12. Monitor
tanda dan gejala asites
13. Catat
adanya vertigo
14. Pertahankan
aliran infuse sesua advis dokter
Manajemen Cairan
1. Timbang berat badan dan monitor ke-cenderungannya.
2. Timbang popok
3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
4. Pasang kateter bila perlu
5. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, denyut
nadi, tekanan darah)
6. Monitor vital sign
7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-lebihan cairan
(krakles, edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan
intake oral selama 24 jam
11. Berikan
cairan dengan selang (NGT) bila perlu
12. Monitor
respon pasien terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi
dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan cairan
Manajemen Hipovolemia
1. Monitor status cairan intake dan output
2. Pertahankan patensi akses intravena
3. Monitor Hb dan Hct
4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan diare)
5. Monitor tanda vital
6. Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-Cl,
RL, Asering) untuk rehidrasi eks-traseluler
8. Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi
atau infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan
klien untuk menghindari meng-ubah posisi dengan cepat, dari tidur ke
duduk atau berdiri
11. Monitor
berat badan secara teratur
12. Monitor
tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit menurun, pengisian kapiler lambat,
membrane mukosa kering, urin output menurun, hipotensi, rasa haus meningkat,
nadi lemah.
13. Dorong
intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan beri cairan
diantara waktu makan)
14. Pertahankan
aliran infus
15. Posisi
pasien Trendelenburg / kaki elevasi lebih tinggi dari kepala ketika hipotensi
jika perlu
Monitoring Elektrolit
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-seimbangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, cemas, bingung,
disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernapasan, gangguan ira-ma
jantung, penurunan kesadaran : apa-tis, coma)
Manajemen Elektrolit
1. Pertahankan cairan infuse yang me-ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-tion nasogastrik,
diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami
gangguan neurologis atau neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan
pengobatan ketidakse-imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-plemen elektrolit.
10. Kolaborasi
dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit (aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
11. Berikan
suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT, atau infus sesuai advis
dokter
|
4.
|
PK: Syok hipovolemia b.d dehidrasi
|
Setelah dilakukan tindak-an / penanganan
selama 1 jam diharapkan klien mempunyai perfusi yang adekuat,
dengan criteria :
Kriteria hasil :
-
Amplitudo nadi perifer
meningkat
-
Pengisian kapiler singkat (< 2
detik)
-
Tekanan darah dalam rentang normal
-
CVP > atau = 5 cm H2O
-
Frekuensi jantung teratur
-
Berorientasi terhadap waktu,
tempat, dan orang
-
Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
-
Akral hangat
-
Nadi teraba
-
Membran mukosa lembab
-
Turgor kulit normal
-
Berat badan stabil dan dalam batas normal
-
Kelopak mata tidak cekung
-
Tidak demam
-
Tidak ada rasa haus yang sangat
-
Tidak ada napas pen-dek /kusmaul
|
1. Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan
bermakna : ekstremitas dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian
kapiler lambat.
2. Pantau tekanan darah pada interval sering ; waspadai pada
pembacaan lebih dari 20 mmHg di bawah rentang normal klien atau indicator
lain dari hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin menurun.
3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi
telentang untuk meningkatkan aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan darah
> atau = 80/60 mmHg untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
4. Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan
keadekuatan aliran balik vena dan volume darah; 5-10 cm H2O biasanya
dianggap rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0 menunjukkan hipovolemia,
khususnya bila terkait dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan
peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan pada hipovolemia.
5. Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun :
gelisah, konfusi, penurunan tingkat kesadaran. Bila indicator positif
terjadi, lindungi klien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat tidur
dan menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah. Reorientasikan klien
sesuai indikasi.
6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun :
nyeri dada, frekuensi jantung tidak teratur.
7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan
kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan
, terutama Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda
hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak teratur.
Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan edema.
9. Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan jumlah cairan tergantung pada jenis syok dan situasi
klinis klien : RL, Asering
10. Siapkan
untuk pemindahan klien ke ICU/PICU
|
5
|
Takut b.d tindakan inva-sif, hospitalisasi, penga-laman
lingkungan yang kurang bersahabat.
Batasan karakteristik :
-
Panik
-
Teror
-
Perilaku menghindar atau menyerang
-
Impulsif
-
Nadi, respirasi, TD sistolik meningkat
-
Anoreksia
-
Mual, muntah
-
Pucat
-
Stimulus sebagai an-caman
-
Lelah
-
Otot tegang
-
Keringat meningkat
-
Gempar
-
Ketegangan mening-kat
-
Menyatakan takut
-
Menangis
-
Protes
-
Melarikan diri
|
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama … X 24 jam
rasa takut klien berkurang, dengan criteria :
Fear control:
-
Klien tidak menyerang atau menghindari sumber yang menakutkan
-
Klien menggunakan tek-nik relaksasi untuk me-ngurangi takut
-
Klien mampu mengontrol respon takut
-
Klien tidak melarikan diri
-
Durasi takut menurun
-
Klien kooperatif saat di-lakukan perawatan dan pengobatan
Anxiety control
-
Tidur pasien adekuat
-
Tidak ada manifestasi fisik
-
Tidak ada manifestasi perilaku
-
Klien mau berinteraksi sosial
|
Coping enhancement
1. Kaji respon takut pasien : data objektif dan subyektif
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3. Terangkan klien / keluarga tentang semua pemeriksaan
dan pengobatan
4. Sampaikan sikap empati (diam, memberikan sen-tuhan,
mengijinkan mena-ngis, berbicara dll)
5. Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
6. Berikan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan
7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan
komunitas
8. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction
1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin
dialami selama menjalani prosedur
2. Berikan objek yang memberikan rasa aman
3. Berbicara dengan pelan dan tenang
4. Membina hubungan saling percaya
5. Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan klien
6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7. Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi dan
takut secara verbal
8. Berikan aktivitas / peralatan yang meng-hibur untuk
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
10. Anjurkan
orang tua untuk membawakan mainan kesukaan dari rumah
11. Mengusahakan
untuk tidak mengulang pengambilan darah
12. Libatkan
orang tua dalam perawatan dan pengobatan
13. Berikan
lingkungan yang tenang
14. Batasi
pengunjung
|
6.
|
Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
(diare, muntah, panas, kembung)
Batasan karakteristik :
-
Orang tua sering bertanya
-
Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
-
Khawatir
-
Kewaspadaan me-ningkat
-
Mudah tersinggung
-
Gelisah
-
Wajah tegang, me-merah
-
Kecenderungan me-nyalahkan orang lain
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X
per-temuan kecemasan orang tua berkurang, dengan criteria:
Anxiety control
-
Tidur adekuat
-
Tidak ada manifestasi fisik
-
Tidak ada manifestasi perilaku
-
Mencari informasi untuk mengurangi cemas
-
Menggunakan teknik re-laksasi untuk mengurangi cemas
-
Berinteraksi sosial
Aggression Control
-
Menghindari kata yang meledak-ledak
-
Menghindari perilaku yang merusak
-
Mampu mengontrol ung-kapan verbal
Coping
-
Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
-
Mampu mengontrol ver-bal
-
Melaporkan stress / ce-masnya berkurang
-
Mengungkapkan mene-rima keadaan
-
Mencari informasi ber-kaitan dengan penyakit dan pengobatan
-
Memanfaatkan dukungan social
-
Melaporkan penurunan stres fisik
-
Melaporkan peningkatan kenyamanan psikisnya
-
Mengungkapkan membu-tuhkan bantuan
-
Melaporkan perasaan ne-gatifnya berkurang
-
Menggunakan strategi ko-ping efektif
|
Coping enhancement
1. Kaji respon cemas orang tua
2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3. Bantu orang tua untuk mengenali penyebab diare.
4. Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan dan
pengobatan
5. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit
anaknya
6. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction
1 Jelaskan semua prosedur termasuk
pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani prosedur
2 Berikan objek yang dapat
memberikan ra-sa aman
3 Berbicara dengan pelan dan tenang
4 Membina hubungan saling percaya
5 Dengarkan dengan penuh
perhatian
6 Ciptakan suasana saling percaya
7 Dorong orang tua mengungkapkan
pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
8 Berikan peralatan / aktivitas
yang meng-hibur untuk mengurangi ketegangan
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik
re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
|
7
|
Kurang pengetahuan kli-en / orang tua tentang diare b.d
kurang informa-si, keterbatasan kognisi, tak familier dengan sum-ber
informasi.
Batasan Karakteristik :
-
Mengungkapkan ma-salah
-
Tidak tepat mengiku-ti perintah
-
Tingkah laku yang berlebihan (histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
|
Setelah dilakukan penjelasan selama … X pertemuan klien /
orang tua mengetahui dan memahami tentang penya-kitnya, dengan criteria :
Knowledge : Disease Process :
-
Mengetahui jenis / nama penyakitnya
-
Mampu menjelaskan pro-ses penyakit
-
Mampu menjelaskan fak-tor resiko
-
Mampu menjelaskan efek penyakit
-
Mampu menjelaskan tan-da dan gejala penyakit
-
Mampu menjelaskan komplikasi
-
Mampu menjelaskan ba-gaimana mencegah kom-plikasi
Knowledge : Health be-havors
-
Mampu menjelaskan pola nutisi yang sehat
-
Mampu menjelaskan ak-tifitas yang bermanfaat
-
Mampu menjelaskan cara pencegahan diare
-
Mampu menjelaskan tek-nik manajemen stress
-
Mampu menjelaskan efek zat kimia
-
Mampu menjelaskan ba-gaimana mengurangi re-siko sakit
-
Mampu menjelaskan ba-gaimana menghindari lingkungan yang berba-haya
(sanitasi kurang)
-
Mampu menjelaskan cara pemakaian obat sesuai resep
|
Teaching : Disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien /
orang tua tentang proses penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi diare dan ba-gaimana hal ini
berhubungan dengan ana-tomi dan fisiologi dengan cara yang sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada diare
dengan cara yang sesuai
4. Gambarkan proses penyakit diare dengan cara yang sesuai
5. Identifikasi kemungkinan penyebab de-ngan cara yang tepat
6. Bantu klien / orang tua mengenali faktor penyebab diare
7. Berikan informasi upaya-upaya mencegah diare : selalu
merebus air minum, mencuci tangan sebelum makan, tidak makan di sembarang
tempat, merebus dot / botol susu sebelum digunakan, memperhatikan kebersihan
lingkungan dll
8. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi /
perkembangan kesehatan dengan tepat
9. Sediakan informasi tentang pengukuran diagnostik yang
tersedia
10. Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
11. Diskusikan
pilihan terapi atau penanganan
12. Gambarkan
pilihan rasional rekomendasi manajemen terapi / penanganan
13. Dukung
klien/ orang tua untuk meng-eksplorasikan atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat
14. Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat
15. Instruksikan
klien / orang tua mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan
16. Kuatkan
informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain dengan cara yang tepat
Teaching Procedur / Treatment
1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan akan
dilakukan
3. Informasikan tentang peralatan yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua siapa yang akan melakukan
prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan
prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan dialami selama
dilakukan prosedur pengobatan
|
8.
|
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
Batasan karakteristik :
-
Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
-
Penurunan ventilasi per menit
-
Penggunaan otot na-fas tambahan
-
Pernafasan nasal fla-ring
-
Dispneu
-
Ortopneu
-
Penyimpangan dada
-
Nafas pendek
-
Posisi tubuh menun-jukkan posisi 3 poin
-
Nafas pursed-lip (de-ngan bibir)
-
Ekspirasi memanjang
-
Peningkatan diame-ter anterior-posterior
-
Frekuensi nafas
Bayi : < 25 atau > 60
1-4 th : < 20 atau > 30
5-14 th : < 14 atau > 25
> 14 th : < 11 atau > 24
-
Kedalaman nafas
Volume tidal de-wasa saat istira-hat 500 ml
Volume tidal ba-yi 6-8 ml/kg BB
-
Penurunan kapasitas vital
-
Timing rasio
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … X 24
jam pola nafas efektif, dengan criteria :
Respiratory status : Airway patency:
-
Suara napas bersih
-
Tidak ada sianosis
-
Tidak sesak napas
-
Irama napas dan frekuensi napas dalam rentang nor-mal
-
Pasien tidak merasa ter-cekik
-
Tidak ada sianosis
-
Tidak gelisah
-
Sputum berkurang
Respiratory status : ventilation
-
Respirasi dalam rentang normal
-
Ritme dalam batas normal
-
Ekspansi dada simetris
-
Tidak ada sputum di jalan napas
-
Tidak ada penggunaan otot-otot tambahan
-
Tidak ada retraksi dada
-
Tidak ditemukan dispneu
-
Dispneu saat aktivitas ti-dak ditemukan
-
Napas pendek-pendek ti-dak ditemukan
-
Tidak ditemukan taktil fremitus
-
Tidak ditemukan suara napas tambahan
|
Airway manajemen
1 Buka jalan napas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
2 Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
3 Identifikasi pasien perlunya
pemasangan jalan napas buatan
4 Pasang mayo bila perlu
5 Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
6 Keluarkan secret dengan batuk atau
suction
7 Auskultasi suara napas , catat
adanya suara tambahan
8 Kolaborasi pemberian bronkodilator
bila perlu
9 Monitor respirasi dan status
oksigen
Respirasi Monitoring
1 Monitor rata-rata, ritme,
kedalaman, dan usaha napas
2 Catat gerakan dada apakah
simetris, ada penggunaan otot tambahan, dan retraksi
3 Monitor crowing, suara ngorok
4 Monitor pola napas : bradipneu,
takipneu, kusmaull, apnoe
5 Dengarkan suara napas : catat area
yang ventilasinya menurun / tidak ada dan catat adanya suara tambahan
6 K/p suction dengan mendengarkan
suara ronkhi atau crakles
7 Monitor peningkatan gelisah,
cemas, air hunger
8 Monitor kemampuan klien untuk
batuk efektif
9 Catat karakteristik dan durasi
batuk
10 Monitor secret di saluran napas
11 Monitor adanya krepitasi
12 Monitor hasil roentgen thorak
13 Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14 Resusitasi bila perlu
15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi,
atau terapi in-halasi)
Cough Enhancement
1 Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi maksimal
2 Dorong pasien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3 kali
3 Anjurkan klien nafas dalam
beberapa kali, dikeluarkan dengan pelan-pelan dan ba-tukkan di akhir
ekspirasi
Terapi Oksigen
1. Bersihkan secret di mulut, hidung dan tra-khea /
tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran oksigen
7. Monitor selang oksigen
8. Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier, aliran
oksigen
9. Observasi tanda kekurangan oksigen : gelisah, sianosis dll
10. Monitor
tanda keracunan oksigen
11. Pertahankan
oksigen selama dalam trans-portasi
12. Anjurkan
klien / keluarga untuk menga-mati persediaan oksigen, air humidifier, jika
habis laporkan petugas
|
9.
|
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2, kelemahan
Batasan Karakteristik :
-
Laporan kerja : kele-lahan dan kelemahan
-
Respon terhadap akti-vitas menunjukkan na-di dan tekanan darah abnormal
-
Perubahan EKG me-nunjukkan aritmia / disritmia
-
Dispneu dan ketidak-nyamanan yang sangat
-
Gelisah
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24 jam, klien mampu mencapai : activity
toleransi , dengan indikator :
Activity tolerance
-
Saturasi oksigen dalam batas normal ketika beraktivitas
-
HR dalam batas normal ketika beraktivitas
-
Respirasi dalam batas normal saat beraktivitas
-
Tekanan darah sistolik dalam batas normal saat beraktivitas
-
Tekanan darah diastolik dalam batas normal saat beraktivitas
-
EKG dalam batas normal
-
Warna kulit
-
Usaha bernafas saat beraktivitas
-
Berjalan di ruangan
-
Berjalan jauh
-
Naik tangga
-
Kekuatan ADL
-
Kemampuan berbicara saat latihan
|
Activity therapy
1
Catat
frekuensi jantung irama, perubahan tekanan darah sebelum, selama,
setelah beraktivitas sesuai indikasi
2
Tingkatkan
istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3 Batasi pengunjung
4 Monitor / pantau respon emosi,
fisik, sosial dan spiritual
5
Jelaskan pola
peningkatan aktivitas secara bertahap
6
Bantu klien
mengenal aktivitas dengan penuh arti
7
Bantu klien
mengenal pilihan untuk baktivitas
8 Bantu klien mengenal dan
memperoleh akal, sumber yang dibutuhkan untuk keinginan beraktivitas
9
Tentukan kien
komitmen untuk me-ningkatkan frekuensi dan atau jarak un-tuk
aktivitas
10 Kolaborasi
yang berhubungan dengan fisik, terapi rekreasi, pengawasan program aktivitas
yang tepat
11 Bantu
klien membuat rencana yang khusus untuk pengalihan aktivitas rutin tiap
hari
12 Bantu klien /
keluarga mengenal ke-kurangan mutu aktivitas
13 Latih klien /
keluarga mengenai peran fisik, sosial, spiritual , pengertian aktivitas
didalam pemeliharaan kesehatan
14 Bantu klien /
keluarga menyesuaikan ling-kungan dengan keinginan aktivitas
15 Berikan
aktivitas yang meningkatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu
16 Fasilitasi
penggantian aktivitas ketika klien sudah melewati batas waktu, energi dan
pergerakan
17 Berikan
lingkungan yang tidak berbahaya untuk berjalan sesuai indikasi
18 Berikan bantuan yang positif untuk partisipasi didalam
aktivitas
19 Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri
20 Monitor
emosi, fisik, sosial, dan spiritual dalam aktivitas
21 Bantu klien /
keluarga monitor men-apatkan kemajuan untuk mencapai tujuan
Dysrhythmia managemet Aktivitas :
1. Mengetahui dengan pasti klien dan ke-luarga yang
mempunyai riwayat penyakit jan-ung
2. Monitor dan
periksa kekurangan oksigen keseimbangan asam basa, elektrolit.
3. Rekam
EKG
4. Anjurkan
istirahat setiap terjadi serangan.
5. Catat
frekuensi dan lamanya serangan .
6. Monitor hemodinamik.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk,
Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
Hardiono
D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
Suriadi, Asuhan
Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001
www.wikipedia/diare.com, di akses
08/12/14 Jam 16.00 wib
http://www.digilib.unsri.ac.id., di
akses 08/12/14 Jam 16.00 wib
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus